Pages

Tuesday, November 8, 2016

BAB 4 TATA CARA PENYELENGGARAAN JENAZAH

TATA CARA PENYELENGGARAAN JENAZAH 

A. MENGHADAPI KEMATIAN
Sebelum masuk kepada Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah, maka perlu juga dibahas tentang cara menghadapi kematian.
1. Bila salah seorang kamu sakit, hendaklah dia bersabar, maka dosa-dosanya akan
    diampuni Allah swt.
2. Hendaklah orang yang sakit itu bersangka baik kepada Allah swt.
3. Orang yang sakit itu hendaklah berwasiat, kalau dia meninggalkan barang milik
    (harta benda).
4. Talqinkan (tuntunkan) orang yang akan meninggal dengan ucapan tahlil ( (لا إله إلاّ الله
     Adapun membaca surat Yasin pada orang yang hampir mati, tidak ada dalilnya yang
     shahih.
5. Hadapkanlah orang sakit itu ke arah kiblat
6. Kalau ia sudah meninggal, pejamkanlah matanya, karena mata mengikuti keluarnya
     ruh dari badan.
7. Do’akanlah ia dengan do’a :
حَدَّثَنِى زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الْفَزَارِىُّ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ عَنْ قَبِيصَةَ
بْنِ ذُؤَيْبٍ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى أَبِى سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ فَأَغْمَضَهُ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ ». فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ فَقَالَ « لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ ». ثُمَّ قَالَ « اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَبِى سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِى الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ فِى عَقِبِهِ فِى الْغَابِرِينَ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ وَافْسَحْ لَهُ فِى قَبْرِهِ. وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ ».
معانى بعض الكلمات :       الغابر : الباقى
Dari Ummu Salamah dia berkata : Rasulullah saw masuk ketempat Abu Salamah (yang wafat) dan matanya terbuka, maka ditutupkannya, kemudian nabi berkata : Sesungguhya ruh itu apabila dicabut, akan diikuti oleh mata. Maka manusia dari keluarganya rebut. Lalu nabi saw berkata : Janganlah kamu do’akan atas diri (keluargamu) kecuali yang baik, karena malaikat akan meng aminkan apa yang kamu ucapkan. Kemudian nabi saw berdo’a : Ya Allah, ampunilah Abu Salamah (……isi dgn nama yg dikunjungi ) , tinggikanlah derajatnya termasuk pada orang-orang yang dapat petunjuk, dan gantilah sesudahnya pada orang-orang yang ditinggalkan dan ampunilah kami dan untuknya yang Tuhan seru sekalian alam, lapangkanlah kuburnya dan terangilah kuburnya.
HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasai, Ibnu Hibban, Baihaqi, Abu Ya’la, Thabrani
8. Selubungilah dengan kain yang baik.
9. Lunasilah hutangnya segera, karena rohnya akan tertahan menghadap Allah kalau
    hutangnya belum dilunasi.
10. Segerakan pengurusan jenazahnya, jangan ditunda – tunda.
11. Kabarkanlah kepada kaum kerabat dan teman – temannya kaum muslimin lainnya.
Ada 4 ( empat ) kewajiban muslimin yang hidup terhadap muslim yang meninggal, yang sering disebut FARDHU KIFAYAH. Pada hal istilah Fardhu kifayah sebenarnya bukan hanya khusus untuk pengurusan jenazah. Fardhu kifayah yaitu setiap kewajiban yang bila telah dikerjakan oleh sebagian orang, maka lepaslah kewajiban yang lain, seperti menjawab salam, pengurusan jenazah, dll.
Fadhu kifayah yang 4 untuk jenazah itu ialah :
1.      Memandikannya                  
2.      Mengapaninya
3.      Menshalatkannya
4.      Menguburkannya
*Ketua Majlis Tarjih dan Tajdid PDM Kota Binjai dan Wakil Pimpinan Pesantren
  Muhammadiyah Kwala Madu, serta anggota Komisi Fatwa MUI Binjai
I.                  MEMANDIKAN
A.   ALAT – ALAT MEMANDIKAN JENAZAH
    1. Tempat memandikan berupa dipan atau meja, dan kain penutup tempat mandi itu.
    2. Sabun yang sudah dicairkan, lebih baik sabun cuci tapi bisa juga sabun mandi.
    3. Air jeruk purut, cara membuatnya : 3 ( tiga ) buah jeruk purut diparut dan disaring, banyaknya sekitar satu mangkok sedang.
    4. Air kapur barus yang sudah dihaluskan sebanyak satu mangkuk sedang.
    5. Air biasa sekitar 3 ( tiga ) ember besar.
    6. Sugi – sugi, yaitu lidi yang ujungnya dibungkus dengan kapas. Panjang lidi itu ± 7 cm jumlah juga 7 buah.
    7. Lidi untuk mencongkel kuku.
    8. Sarung tangan.
    9.  Handuk atau yang sejenisnya.
  1. ADAB MEMANDIKAN JENAZAH
    1. Kalau ada aib atau kekurangan tubuhnya, harus dirahasiakan, jangan dicerita kan kepada orang lain.
    2. Cara memandikan harus dengan pelan dan kasih sayang, tidak boleh dengan kasar atau menunjukkan ketidak senangan.
    3. Waktu memandikan aurat utama harus tetap ditutup dengan sarung atau basahan.
    4. Yang memandikan mayat laki–laki, harus laki–laki juga, kecuali istrinya.
    5. Yang memandikan mayat perempuan harus perempuan juga, kecuali suaminya
C.     CARA MEMANDIKAN     
1.      Letakkan mayat diatas dipan, dan sebaiknya tidak dipangku.
2.      Cebokkan ( istinjakkan ) mayat itu dengan tangan kiri, dan sebaiknya pakai sarung tangan. Kawan membantu menyiramkan sampai ke duburnya berulang–ulang, hingga hilang warna kuningnya.
3.      Tangan boleh diluruskan pelan–pelan dan boleh juga dalam posisi bersedekap.
4.      Siramkan air ( biasa ) dari kepala sampai kaki dgn pelan–pelan, dengan cara :
·         Mula–mula sebelah kanan 3 kali
·         Kemudian sebelah kiri 3 kali
·         Terakhir tengah–tangah 1 kali
Jumlahnya sebanyak 7 kali ( ganjil )
5.      Siramkan air sabun sampai semua tubuh kena secara merata.
Satu orang menggosok secara perlahan, dan yang lain menyiramnya.
Termasuk yang disiram / digosok ialah belakang kuping, ketiak, paha, sela – sela jari, kepala, rambut, dll. (Tanda sudah bersih badannya sudah kesat, tidak licin lagi.)
6.      Sesudah bersih badannya bagian depan, termasuk rambut dan kepalanya, miringkan jenazah kekiri dan gosoklah bagian yang kanan dan punggungnya. Kemudian miringkan jenazah kekanan, dan gosoklah bagian yang kiri dan punggungnya.
7.      Siramkan air jeruk dari kepala sampai kekaki :
·         Mula–mula sebelah kanan 1 kali
·         Kemudian sebelah kiri 1 kali
·         Terakhir tengah–tengah 1 kali
      CATATAN : kalau mayatnya sudah agak uzur ( sudah mulai berbau ), maka boleh air jeruk didahulukan dari air sabun ( sebelum no. 5 ).
8.      Telentangkan jenazah dan siram dengan air biasa.
9.      Gunakan sugi – sugi untuk :
·         telinga kanan, dan bersihkan sampai bersih
·         telinga kiri, dan bersihkan sampai bersih,
·         mata kanan, dan bersihkan sampai bersih 
·            mata kiri, dan bersihkan sampai bersih
·         lubang hidung kanan, dan bersihkan sampai bersih 
·         lubang hidung kiri, dan bersihkan sampai bersih
·         mulut, dan bersihkan sampai bersih
10.  Bersihkan kuku tangan dan kaki dengan lidi sampai bersih.
11.  Siram lagi dengan air biasa.
12.  Terakhir siram dengan air kapur barus dari kepala sampai kaki, yaitu :
·         Bagian kanan
·         Bagian kiri
·         Tengah – tengah badan
 
13.  Setelah ini tidak boleh lagi disiram dengan air.
14.  Lap semua tubuhnya dengan handuk sampai kering.
15.  Kalau untuk perempuan, rambutnya ditocang ( dijalin tiga ) dan diletakkan diubun – ubunnya.
16.  Tidak ada perbedaan mendasar antara cara memandikan mayat perempuan dengan mayat laki – laki.    
II.             MENGAFANI
A.   BAHAN – BAHAN
1.      Kain kapan (kain putih) sepanjang lebih kurang 12 m atau sesuai kebutuhan.
2.      Kapas
3.      Gaharu
4.      Cendana
5.      Kapur barus yang sudah ditumbuk
B.   CARA MENGAPANI MAYAT LAKI – LAKI
1.      Ukurlah mayat dari kepala sampai ke ujung kaki ( ujung jari ), dan lebihkan sekitar 30 cm ( segulungan lutut )
2.      Talinya 5 buah diambil dari pinggir kain.
Cara mengambil talinya : gunting sedikit dan koyakkan.
3.      Kain kapan harus dipotong secara ganjil ( 3 atau 5 potong )
4.      Yang paling luar/bawah, 2 bidang kain yang didampetkan, dan dianggap 1 lapis.
      Yang kedua, 1 bidang kain atau satu setengah bidang kain yang panjangnya sama
      dengan yang dibawahnya.
Yang ketiga, 1 bidang kain atau satu setengah bidang kain yang panjangnya sama dengan yang dibawahnya.
5.      Letakkan kapas diatas kain tang paling atas dan diatas kapas ditaruh gaharu.
6.      Letakkan jenazah diatas kain kapan.
7.      Letakkan kapas diatas mukanya, dagunya, diantara lipatan tangan, dikaki, diantara kaki san paha dan didada.
8.      Gulunglah kain kapan bersama – sama ( 2 orang ) dengan arah yang sama atau boleh juga berlawanan arah.
9.      Ikatkan jenazah itu sebanyak 5 ikatan, yaitu di ujung kaki, di lutut, di dada, di kepala dan diujung kepala.
10.  Yang di kepala diakhirkan mengikatnya, karena mungkin ada yg akan melihat / mencium jenazah.
11.  Simpul ikatan berada / diletakkan di sebelah kiri jenazah ( supaya mudah membukanya waktu diliang lahat )        
UNTUK JENAZAH PEREMPUAN
Ada tambahan kapannya, yaitu :
1.      ada telekung, dari kain kapan itu juga.
2.      ada sarung, dari kain kapan itu juga.
3.      ada baju , seperti baju teluk belanga sederhana dan ada lehernya.
4.      ada cawat sederhana.
                        Semua bahan diatas dari kain kapan.
URUTAN KAIN KAPAN PEREMPUAN
1.      Yang paling awal ( paling dibawah ) adalah kain yang paling besar ( dua bidang disambungkan ).
2.      Setalah itu yang agak kurang besar.
3.      Setalah itu telekungnya.
4.      Setelah itu sarungnya.
5.      Setelah itu bajunya.
                 
                  Walaupun sebagian ulama men dha’ifkan tentang masalah pakaian jenazah itu.
III.             MENSHLATKAN JENAZAH
1.      Shalatkanlah jenazah dengan syarat – syarat shalat seperti berwudhu’, menutup aurat, dll.
2.      Waktu – waktu yang dilarang shalat jenazah adalah :
a)      Waktu terbit matahari ( kecuali matahari sudah naik )
b)      Waktu pas tengah hari ( kecuali matahari sudah tergelincir )
c)      Waktu akan terbenam ( kecuali sesudah terbenam )
3.      Tidak ada yang dibaca sebelum shalat jenazah
4.      Kalau jenazah pria, hendaklah imam berdiri dekat kepalanya
Kalau jenazah wanita, hendaklah imam berdiri dekat lambung / perutnya ( ditengah – tengah jenazah ).
5.      Usahakan menshalatkannya dalam 3 shaf, walaupun orangnya sedikit.
6.      Shalat jenazah terdiri dari 4 takbir, tanpa ruku’ dan sujud.
7.      Setiap takbir mengangkat kedua tangan.
A.    TAKBIR PERTAMA
Sesudah takbir pertama dengan membaca  اَللهُ اَكْبَر  maka dibaca al Fatihah dan shalawat.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
اللَّهُمّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَآلِ إبْرَاهِيْمَ  وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وآل إبْرَاهِيْمَ إنكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
B.     TAKBIR KEDUA
Sesudah takbir kedua dengan membaca  اَللهُ اَكْبَر  maka dibaca do’a :  
"اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، وَارْحَمْهُ، وَعَافِهِ، واعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
C.    TAKBIR KETIGA
Sesudah takbir ketiga dengan membaca  اَللهُ اَكْبَر  maka dibaca do’a :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الإِسْلاَمِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الإِيمَانِ اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ ».
D.    TAKBIR KEEMPAT
Sesudah takbir keempat dengan membaca   اَللهُ اَكْبَر    maka dibaca do’a :
اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ
Mengucapkan salam (seperti salam shalat biasa) dengan membaca :
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Catatan : Do’a untuk jenazah anak – anak
   dibaca sesudah takbir keempat :
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ لَنَا سَلَفًا وَفَرَطًا وَأَجْرًا
 
E.    MENGUBUR JENAZAH

Perihal mengubur jenazah ada beberapa penjelasan sebagai berikut.
1. Rasulullah saw. menganjurkan agar jenazah segera dikuburkan, sesuai
sabdanya:



Artinya: “dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad saw. bersabda:
Segerakanlah menguburkan jenazah....” (H.R. Bukhari Muslim)

2. Sebaiknya menguburkan jenazah pada siang hari. Mengubur mayat pada
malam hari diperbolehkan apabila dalam keadaan terpaksa seperti karena bau
yang sangat menyengat meskipun sudah diberi wangi-wangian, atau karena
sesuatu hal lain yang harus disegerakan untuk dikubur.

3. Anjuran meluaskan lubang kubur. Rasulullah saw. pernah mengantar jenazah
sampai di kuburnya. Lalu, beliau duduk di tepi lubang kubur, dan bersabda,
“Luaskanlah pada bagian kepala, dan luaskan juga pada bagian kakinya. Ada
beberapa kurma baginya di surga.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 43

4. Boleh menguburkan dua tiga
jenazah dalam satu liang kubur.
Hal itu dilakukan sewaktu
usai perang Uhud. Rasulullah
saw. bersabda, “Galilah dan
dalamkanlah. Baguskanlah
dan masukkanlah dua atau
tiga orang di dalam satu
liang kubur. Dahulukanlah
(masukkan lebih dulu) orang
yang paling banyak hafal al-
Qur’ān.” (HR. Nasai dan Tirmidzi dari Hisyam bin Amir ra.)

5. Bacaan meletakkan mayat dalam kubur. Apabila meletakkan mayat dalam
kubur, Rasulullah saw. membaca:

Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah.
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. membaca:

Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah dan atas nama
sunnah Rasulullah.” (HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai dan Ibnu
Umar ra.)

6. Larangan memperindah kuburan. Jabir ra. menerangkan, “Rasulullah saw.
melarang mengecat kuburan, duduk, dan membuat bangunan di atasnya.”
(HR. Muslim)

7. Sebelum dikubur, ahli waris atau keluarga hendaklah bersedia menjadi penjamin
atau menyelesaikan atas hutang-hutang si mayat jika ada, baik dari harta yang
ditinggalkannya atau dari sumbangan keluarganya. Nabi Muhammad saw.
bersabda: “Diri orang mu’min itu tergantung (tidak sampai ke hadirat Tuhan),
karena hutangnya, sampai dibayar dahulu utangnya itu (oleh keluarganya).”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Hurairah ra.)

F.    TAKZIYYAH ( MELAYAT )

Ta’ziyyah atau melayat adalah
mengunjungi orang yang sedang
tertimpa musibah kematian salah
seorang keluarganya dalam
rangka menghibur atau memberi
semangat. Para mu’azziy³n (orang
laki-laki yang ber-ta’ziyyah) atau
mu’azziyāt (orang perempuan
yang ber-ta’ziyyah) hendaknya
memberikan dorongan kekuatan
mental atau menasihati agar orang
yang tertimpa musibah tetap
sabar dan tabah menghadapi musibah ini. Umayah ra. mengatakan bahwa anak
perempuan Rasulullah saw. menyuruh seseorang untuk memanggil dan memberi
tahu beliau bahwa anaknya dalam keadaan hampir mati. Lalu, beliau bersabda,
“Kembalilah engkau kepadanya. Katakan bahwa segala yang diambil dan yang
diberikan, bahkan apa pun yang ada di hadapan kita kepunyaan Allah. Dialah
yang menentukan ajalnya, maka suruhlah ia sabar dan tunduk kepada perintah.”
(HR. Bukhari Muslim)
Adab (etika) orang ber-ta’ziyyah antara lain seperti berikut.
1. Menyampaikan doa untuk kebaikan dan ampunan terhadap orang yang
meninggal serta kesabaran bagi orang yang ditinggal.
2. Hindarilah pembicaraan yang menambah sedih keluarga yang ditimpa musibah.
3. Hindarilah canda-tawa apalagi sampai terbahak-bahak.
4. Usahakan turut menyalati mayat dan turut mengantarkan ke pemakaman
sampai selesai penguburan.
5. Membuatkan makanan bagi keluarga yang ditimpa musibah.
Demikian diperintahkan Rasulullah saw. kepada keluarganya sewaktu keluarga
Ja’far ditimpa kematian (HR. Lima Ahli Hadis kecuali Nasai).


G. ZIARAH KUBUR
1.      Pergilah berziarah ke kubur agar ingat akhirat.
2.      Jangan melakukan sesuatu di kuburan yang tidak diiznkan oleh Allah dan Rasulnya, seperti meminta – minta kepada mayat, dan menjadikannya perantara dengan Allah swt
3.      Bila kamu ziarah kubur, maka ucapkanlah :
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاَحِقُونَ   اللَّهُمَّ لا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُمْ ، وَلا تَفْتِنَّا بَعْدَهُم
Semoga selamat sejahtera bagimu, wahai rumah orang – orang mukmin, dan insya
Allah kami akan menyusulkamu sekalian. Ya Allah, janganlah engkau menjauhkan
kami dari pahala mereka, dan janganlah engkau timbulkan fitnah kepada kami
sepeninggal mereka.
4.      Kemudian menghadaplah ke kiblat, dan berdo’a kepada Allah, dengan meminta ampun dan ‘afiat bagi mereka.
5.      Janganlah orang perempuan sering ziarah kubur.
6.      Jangan ziarah kubur hanya mengkhususkan pada waktu - waktu tertentu, seperti menjelang Ramadhan atau sekitar Idul Fithri.   
sumber : klick

0 comments:

Post a Comment